Senin, 02 April 2012

SEJARAH KERAJAAN KAHURIPAN



kerajaan Kahuripan  merupakan kelanjutan dari kerajaan Mataram kuno atau kerajaan Medang yang berakhir pada tahun 1016 ,ada yang mengatakan tahun  1006 setelah diserang oleh sekutu kerajaan Sriwijaya yang bernama Aji Wurawari, saat itu raja kerajaan Mataram Kuno atau Medang bernama Dharmawangsa.
Berdirinya Kerajaan Kahuripan
Kerajaan Kahuripan  adalah satu kerajaan di Jawa Timur yang dibangun pada masa Raja Airlangga pada tahun 1042, ia juga merupakan keturunan dari Mpu Sendok.
Airlangga adalah putra pasangan Mahendradatta  saudari Dhamarwangsa ( Raja Mataram Kuno atau Medang terakhir)  dan Udayana  ( Raja Bali).
Kerajaan ini didirikan di Kahuripan disekitar daerah Sidoharjo, Jawa Timur. peperangan demi peperangan dijalani Airlangga dan akhirnya satu persatu kerajaan – kerajaan di Jawa Timur dapat ditaklukanya.
Terpecahnya Kerajaan Kahuripan
 Pada tahun 1045, Airlangga membagi kerajaan Kahuripan  menjadi dua kerajaan dikarenakan ada perselisihan antara kedua putranya yang bernama Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan bersaing merebutkan tahta kerajaan. Hal ini terjadi karena Airlangga mengundurkan diri sebagai Raja Kahuripan dan ingin menjadi pertapa, sebenarnya calon raja yang sebenarnya adalah Sanggaramawijaya Tunggadewi akan tetapi dia juga memilih jadi pertapa dari pada naik tahta.
Kerajaan Kahuripan bagian barat bernama Kadiri (panjalu) yang beribu kota di Daha diserahkan kepada Sri Samarawijaya , dan kerajaan Kahuripan  timur bernama Janggala yang beribu kota di Kahuripan diserahkan kepada Mapanji Garasakan.
Dari sinilah mulai berdiri Kerajaan Kediri atau Kadiri atau Panjalu  yang akhirnya menaklukan Kerajaan Kahuripan Timur .

SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN MATARAM ISLAM



Kerajaan Mataram mulai berdiri tahun 1582, terletak didaerah Kota Gede sebelah tenggara kota Yogyakarta,  kerajaan ini dipimpin suatu dinasti keturunan Ki ageng Sela dan Ki Ageng Pemanahan yang mengklaim masih keturunan penguasa Majapahit.
Asal usul kerajaan ini adalah berasal dari sebuah kadipaten dibawah Kesultanan Pajang ( Sultan hadiwijaya),berpusat  di Bumi Mentaok  yang diberikan kepada Ki Ageng Pemanahan sebagai hadiah atas jasanya  mengalahkah Arya Penangsang, selanjutnya Ki Ageng Pemanahan mulai membangun Mataram sebagai tempat pemukiman baru dan persawahan, akan tetapi kehadiranya didaerah ini dan usaha pembangunanya mendapatkan tanggapan penguasa setempat, misalnya Ki Ageng Giring, Ki Ageng Tembayat dan Ki Ageng Mangir. Akan tetapi ada sebagian pejabat yang memberi sambutan baik akan hal itu seperti Ki Ageng Karanglo, walaupun demikian Ki Ageng Pemanahan tetap melakukan pembangunan didaerah tersebut yang berpusat di Plered dan juga mempersiapkan strategi untuk menundukkan siapa saja yang mementang kehadiranya.
Tahun 1575 Ki Ageng Pemanahan meninggal dunia dan digantikan oleh putranya bernama Sutawijaya atau Pangerang Ngabehi Loring Pasar, selain beliau bertekad melanjutkan mimpi ayahandanya, dia pun bercita – cita untuk membebaskan diri dari kekuasaan Pajang, sehingga hubungan antara Mataram dan Pajang pun mulai memburuk hingga berujung peperangan. Dalam peperangan ini kerajaan Pajang mengalami kekalahan dan Sultan Hadiwijaya meninggal.
Kemudian Sutawijaya mengangkat dirinya menjadi raja Mataram dengan gelar panembahan senopati . ia mulai membangun kerajaanya dan memindahkan pusat pemerintahan di Kotagede.
Pada tahun 1590 kerajaan Mataram menaklukan Madiun, Jipang, Kediri  kemudian melanjutkan dengan menaklukan Pasuruan dan Tuban.
Sebagai raja islam yang baru beliau mempunyai tekad untuk menjadikan Mataram menjadi pusat budaya dan agam Islam, sebagai penerus kesultanan Demak.
Kerajaan Mataram Islam saat itu menganut system  Dewa – Raja. Yang berarti kekuasaan tertinggi mutlak berada pada Sultan.
Sultan Wijaya meninggal  dan dimakamkan diKotagede dan digantikan putranya bernama Mas jolang yang bergelar Prabu Hanyokrowati, pada masa ini tidak banyak mengalami kemajuan dikarenakan beliau meninggal karena kecelakaan saat berburu dihutan krapyak yang kemudian digantikan putra keempatnya yang bergelar Adipati Martoputro, akan tetapi karena Adipati Martoputro menderita penyakit syaraf  maka tahta beralih ke putra sulung Mas jolang yang bernama  Raden Mas Rangsang, pada masa ini kerajaan mataram mengalami kemajuan dan mengalami masa keemasan.
Setelah menaklukan Madura beliau mengganti “ panembahan” dengan “Sesuhunan ( sunan) kemudian  menggunakan gelar “Susuhunan Hanyakrakusuma” terakhir tahun 1640 sehabis dari Makkah beliau menyandang gelar “Sultan Agung Senopati Ing Alaga Abdurrahman “ dan beliau memindahkan lokasi kraton ke “Karta “ akibat terjadi gesekan penguasaan perdagangan antara Mataram dan VOC yang berpusat di Batavia.
Setelah Sultan Agung meninggal, digantikan putra beliau “Sesuhunan Amangkurat 1, beliau memindahkan lokasi kraton ke Pleret pada tahun 1647 tidak jauh dari “Karta”selain itu beliau juga tidak lagi menggunakan gelar sultan melainkan Sunan ( Sesuhunan atau yang pertuan )   pada masa ini kerajaan Mataram kurang stabil karena banyak ketidak puasan dan pemberontakan, pada masanya terjadi pemberontakan besar yang dipimpin oleh seorang bangsawan dari Madura bernama Trunajaya yang  akhirnya berhasil mengalahkan Mataram , Amangkurat 1 melarikan diri dan meningga dalam pelarianya yaitu di Tegalarum ( 1677 )sehingga mendapat julukan Sunan Tegalarum, kemudian diganti oleh putranya Amangkurat II , beliau bergabung dengan VOC untuk mengalahkan  pasukan Trunajaya dan akhirnya berhasil .
Dalam masa ini Amangkurat II sangat patuh kepada VOC sehingga menimbulkan ketidak puasan dikalangan istana dan akhirnya banyak pemberontakan terjadi lagi. Pada masa ini keraton Mataram dipindahkan ke Kartasura ( 1680 ).
Setelah Amangkurat II meninggal diganti Amangkurat III, tetapi VOC tidak senang dengan Amangkurat III karena dia menentang VOC sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I sebagai raja, akibatnya Mataram memiliki dua raja dan inilah yang menjadikan perpecahan Internal, Amangkurat III akhirnya memberontak tapi akhirnya kalah dan ditangkap diBatavia lalu diasingkan di Ceylon,Srilanka.dan meninggal tahun 1734.
Kekacauan politik dari masa kemasa akhirnya dapat terselesaikan pada masa Pakubuana III  setelah wilayah Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Suarakarta  tanggal 13 Februari 1755, pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Gayanti , perjanjian Giyanti adalah kesepakatan yang dibuat oleh pihak VOC, pihak Mataram( diwakili oleh Pakubuwana III) dan kelompok pangeran Mangkubumi. Nama Giyanti diambil dari lokasi penjanjian tersebut ( ejaan Belanda, sekarang tempat itu berlokasi didukuh Kerten , Desa Jantiharjo) ditenggara kota Karanganyar, Jawa Tengah, perjanjian ini menandai berakhirnya kerajaan Mataram yang sepenuhnya independen. Berdasarkan perrjanjian ini wilayah Mataram terbagi menjadi dua, wilayah disebelah timur kali Opak dikuasai oleh pewaris tahta Mataram yaitu Sunan Pakubuwana III dan tetap berkedudukan di Surakarta, sementara wilayah disebelah barat diserahkan kepada  Pangeran Mangkubumi sekaligus ia diangkat menjadi Sultan Hamengkubuwono I yang berkedudukan di Yogyakarta.
Perpecahan terjadi lagi dengan munculnya Mangkunegara ( R.M Said) yang terlepas dari kesunanan Surakarta dan Pakualaman ( P. Nata Kusuma) , dan keempat pecahan Mataram Kesultanan Mataram tersebut masih melanjutkan dinasti masing – masing , bahkan pecahan Mataram tersebut terutama kesultanan Yogyakarta masih cukup besar dan diakui masyarakat.



KERAJAAN MATARAM KUNO




Kerajaan medang( atau yang sering disebut dengan nama kerajaan mataram kuno atau dengan nama kerajaan mataram hindu)
Kerajaaan ini berdiri di jawa tengah pada abad ke – 8, kemudian kerajaan ini berpindah ke Jawa Timur pada abad ke – 10
Kerajaan ini banyak meninggalkan bukti – bukti sejarah berupa prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur serta membangun candi- candi bercorak Hindu maupun Budha
Kerajaan ini runtuh pada awal abad ke – 10
Istilah kerajaan medang lazim digunakan pada periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti – prasasti yang ada nama medang sudah dikenal pada masa sebelumnya yaitu periode Jawa Tengah.
Sementara itu nama yang lazim dipakai untuk kerajaan medang di Jawa Tengah adalah kerajaan Mataram merujuk pada salah satu daerah ibu kota pada kerajaan ini.
Kadang juga untuk membedakan antara kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke – 16 dengan kerajaan Mataram kuno( Mataram Hindu)
Bhumi Mataram adalah sebutan kota Jogjakarta dan sekitarnya, didaerah inilah diperkirakan berdirinya pertama kali kerajaan Medang, merujuk pada prasasti yang bertuliskan (Rajya Medang I Bhumi Mataram)  kemudian lazim dipakai untuk menyebut nama keseluruhan meskipun kerajaan ini tidak selamanya berpusat disana.
Sesungguhnya kerajaan ini mengalami beberapa kali perpindahan, bahkan sampai di Jawa  Timur.
Menurut perkiraan pada masa dinasti Bhumi Mataram (Raja Sanjaya raja pertama kali)  kerajaan Mataram terletak di Yogyakarta, kemudian didaerah Kedu, kemudian di daerah tembalang, kemudian pada masa dinasti Watu Galuh kerajaan mataram berada  di Jombang Jawa Timur dengan raja Empu Sendok, kemudian terkhir pada dinasti Wwatan sekarang disebut dengan nama Wotan yang terletak didaera Madiun dengan raja Dharmawangsa teguh cicit dari empu sendok.
Sebab Pindahnya Kerajaan Mataram
Menurut teori Van Bammelen, perpindahan istana Medang dari jawa tengah menuju Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapai yang sangat dahsyat.
Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Selain meninggalkan bukti sejarah berupa prasati – prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur kerajaaan medang juga meningggalkan sejarah berupa bangunan- bangunan candi baik yang bercorak Budha maupun Hindu, dan artefak2 berupa emas yang ditemukan di Wonosobo, Klaten, Klaten Tengah, menunjukkkan kekayaan dan kehalusan seni budaya Kerajaan Medang.
Diantara candi –candi peninggalan kerajaan Medang antara lain: Candi kalasan,Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon dan tentu yang paling kolosal adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa Sailendrawangsa.
Masa Runtuhnya Kerajaan Medang
Peristiwa hancurnya kerajaan Medang di Jawa Timur kurang begitu jelas hingga ada dua versi pendapat , sebagian berpendapat kerajaan Medang runtuh tahun 1006, yang lain mengatakan tahun 1016.
Raja terakhir Medang adalah Dharmawangsa Teguh, cicit dari Mpu Sendok, beberapa kali Dharmawangsa mengirim pasukan untuk menggempur ibu kota Sriwijaya sejak ia naik tahta tahun 991 akhirnya menjadikan permusuhan antara Jawa dan Sumatra saat itu.
Akhirnya pada tahun 1016 Dharmawangsa diserang sekutu Sriwijaya bernama Aji Wurawari dari Lwaram berakhir dengan tewasnya Dharmawangsa.
Beberapa tahun kemudian ada seorang pangerang berdarah campuran Jawa dan Bali tampil membangun kerajaan baru sebagai lanjutan kerajaan Medang, dia bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sendok, kerajaan ini lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.